Kata orang, kita terlahir di dunia ini dengan penuh kebahagiaan ketika ibu kita melahirkan, tapi sayangnya kita tidak bisa memilih untuk dilahirkan sebagai apa? Ada yang terakhir sebagai orang kaya, ada yang terakhir sebagai orang miskin. Tapi, semua itu gak akan sepenting bagaimana kita hidupnya, bagaimana bila kita terakhir perbedaan warna kulit, dimana cinta menghalangi kita untuk bersatu. Kisah ini mungkin kisah paling klasik di dunia ini, begitu lah gua menyebutnya. Bagi gua, hal yang terpenting dalam hidup gua adalah mencinta dia walaupun pada akhirnya harus berakhir dengan kenyataan yang pahit.
Namanya Angel, wajahnya cantik oriental. Kulitnya putih seperti porselin dan matanya sipit tapi tajam seperti elang. Hal itulah yang pertama gua lihat saat berada di sebuah mal, saat itu gua sedang bekerja sebagai sales promotion boy. Gua menjual hendphone terbaru merek sony,kebetulan hari ini adalah hari terakhir dimana setiap tamu berhak untuk mendapatkan diskon 20 persen dari harga normal. Saat itu Angel muncul, dia tersenyum sambil membeli satu buah ponsel yang terbaru.
Entah kenapa, ketika melihat dia sebagai pembeli. Gua langsung terkesima. Dia datang ke meja gua. Tersenyum dengan lebar.
“ Tolong pasangin nomor kartu perdana gua dong?” pinta dia ke gua.
Gua hanya terdiam lalu memasangkan kartu itu ke ponsel dia, sambil bertanya.
“ Mau coba nelepon?” Tanya gua.
“ Boleh sih? Tapi gua ga ada nomor telepon teman?”
“ Kok bisa?” Tanya gua bingung.
“ Soalnya uda lama diluar, baru balik hari ini. Jadi nomor-nomor teman pada ilang semua..” jelas dia.
“ Gimana kalau gua tes, nelepon ke nomor gua?” Tanya gua.
“ Boleh..”
Akhirnya singkat cerita, dia menelepon ke nomor gua. Setelah berjalan dengan baik, dia membayar dan pergi. Sambil mengucapkan terima kasih, gua hanya tersenyum melihat dia. Dalam hati gua berkata, mungkin ini sebuah takdir terakhir kita setelah pertemuan ini. Tapi dari situ, gua jadi tau nomor telepon dia. Gua bahkan tidak tau siapa nama dia, tapi gua menyimpan nama dia dengan nama Angel, karena dia cantik seperti malaikat yang putih, jauh dari gua yang item dan lebih cocok disebut Pribumi.
Suatu hari, gua sadar gua tidak punya perkerjaan yang harus gua lakukan. Gua masih kuliah, masih harus menyelesaikan skripsi gua yang tertunda. Tema gua hari ini adalah kemacetan kota Jakarta. Gua jurusan teknik sipil, terpaksa harus tidur pagi dan bangun malam untuk melihat bagaimana kota Jakarta yang tidak macet hanya terjadi di malam hari. saat gua sedang duduk, ponsel gua secara ga sengaja tertekan, secara otomatis menelepon baris pertama bernama Angel. Tanpa gua sadari, ponsel gua terdiam dengan panggilan selama 1 menit lamanya. tiba-tiba Angel nelepon balik. Gua terkejut sekali, Angel yang bahkan gua uda lupa tiba-tiba nelepon.
“ Ini siapa ya? Kok telepon malam-malam?”
“ Ini gua Bima. “
“ Bima, gua ga kenal tuh? Kok bisa tau nomor ini?”
Gua merasa bingung, tapi lebih bingung lagi karena ga tau nama dia sebenarnya.
“ Gua yang dulu sales promotion yang jual hp, dulu karena loe ga ada nomor telepon yang dihubungin jadi pake nomor gua.. rasanya ponsel gua ga sengaja ketekan. Maaf ya..”
“ Oh gitu.. “ dia terdiam dan gua merasa dia terganggu.
“ Sorry deh kalau gitu, menganggu malam-malam..”
“ Ya, gapapa..”
“ Maaf kalau boleh tau, nama loe siapa ya?”
“ Angel..”
Gua merasa bingung, apa gua yang kebetulan kasih nama Angel, kok bisa sama dengan nama yang gua tebak asal.
“ Angel, salam kenal ya…”
Tiba-tiba kita terdiam seribu bahasa. Lalu dia mulai bertanya.
“ Bima sepertinya loe lagi di jalan besar ya, kok ada suara bajaj gitu..”
“ Iya.. sorry, lagi di jalan. Berisik ya..”
“ Gapapa, dimana sekarang?”
“ Lagi halte busway kebun jeruk neh..”
“ oh ya.. gua jadi pengen naik busway.. selama di Jakarta, ga pernah naik gituan.. “
“ Nah kalau gitu cobain dong.. “
“ Tapi gua ga suka macet.. setiap hari Jakarta macet. “
“ Iya juga sih,, tapi susah juga kalau Jakarta ga macet. Ntar ekonomi ga jalan”
Akhirnya yang tadinya kita Cuma ngobrol2 ga sengaja, jadi lama. Gua dan dia sepakat, nanti kapan-kapan akan ketemu, karena Angel mau cobain naik busway. Gua pede aja bilang kalau busway itu enak, padahal gua tau, antri untuk naik ini aja bikin kesel. Sejak saat itu, kita jadi sering-sering sms. Tapi gua ga berani nelepon dia. Dan lucunya, gua selalu sms di malam hari, ntah kenapa kalau siang hari. dia sepertinya hilang dalam hidup gua, kalau pun gua sms untuk nanya makan siang, dia hanya balas saat malam hari. tapi ga masalah, dia balas pun gua merasa senang. Dan lebih senang lagi akhirnya kita ketemuan. Angel penasaran sama tugas skripsi kuliah gua tentang macetnya Jakarta dan lebih penasaran lagi pas gua bilang, Jakarta di malam hari itu ga macet.
Angel itu anak orang kaya, jadi kalau kemana-mana selalu sama supirnya. Gua bingung harus jemput dia bagaimana, gua Cuma punya motor bebek. Tapi dia malah bilang suruh jemput dia di rumah, mencari rumah dia daerah Pantai indah kapuk aja bikin gua minder. Dengan sepenuh hati, akhirnya gua sampai deh ke rumah dia walau sempat ditanya-tanya satpam. Rumahnya super gede, dia keluar dengan celana jeans dan kaos oblong tersenyum sama gua.
“ Sudah siap nunjukin ke gua kalau Jakarta ga macet?”
Gua terdiam, mulut gua ga bisa jawab apa-apa, gua hanya bisa kasih helm ke dia. Dan kita pergi bersama keluar kompleknya dengan wajah kebingungan para satpam. Kita turun di halte busway, daerah harmoni. Angel sepertinya bingung, ia baru kali ini ngeliat halte busway. Dia cerita kalau selama ini dia tinggal di Amerika, baru balik tahun ini setelah 10 tahun lamanya disana. Tapi bahasa Indonesia dia tetap lancar, ga seperti cinta laura yang kadang masih sok English gitu.
“ Mau coba naik busway?” Tanya gua
“ Boleh sih, tapi nanti motor loe gimana?” Tanya dia.
“ Tenang aja, gua kenal sama orang yang jaga, soalnya uda sejak 6 bulan disini sama dia buat ngurus skripsi gua..”
Kita bayar tiket seperti orang-orang lain, memang karena sudah larut malam jadi sepi. Tujuan kita ke sudirman. Angel terdiam mengamati kota Jakarta, gua jadi ingin bertanya.
“ loe ga ngantuk, Angel?’
“ Gak, masih jetleg, santai aja. Gua suka kehidupan malam, lebih menarik kebanding siang.”
“ Oh ya, kenapa?”
“ Kalau malam hari, banyak bintang indah diatas langit, sedikit orang yang berisik dan paling penting ga macet..”
“ Emangnya di Amrik sana ga macet ya?” Tanya gua merasa bodoh, Angel ketawa.
“ Ya, semua negara itu pasti ada macetnya, tapi ga semacet Jakarta, ini kalau ga terpaksa balik ke Indonesia karena diminta nyokap, gua juga gak akan mau..”
Saat itu gua merasa Angel sedang menikmati suasaa malam, gua jadi ga mau ajak bicara dulu. Tiba-tiba dia malah nangis. Lah gua bingung setengah mati, banyak yang lihatin kita berdua.
“ Kenapa nangis Angel..?” Tanya gua bingung.
“ Gapapa, gua Cuma merasa sedih saja..?”
“ Kenapa?” Tanya gua bingung.
“ Jadi ingat anjing gua di rumah yang belum di kasih makan?”
Astaga, entah itu benaran apa kagak, tapi tangis dia itu seperti bukan karena anjingnya belum makan. Sejak pertemuan hari itu, kita jadi sering ketemuan dan selalu malam hari. kita semakin dekat, jadinya gara-gara kebanyakan sama Angel, skripsi gua malah kagak selesai-selesai. Tapi gua merasa bahagia bersama dia, setidaknya gua merasa mengenal dia dengan baik dari sebelumnya. Dia anak yang cerdas dan selalu bicara dengan apa adanya. Suatu saat gua bertanya sama dia.
“ Angel loe kenapa secantik ini belum punya pacar?”
“ Hehehe, males aja.?”
“ Why.?”
“ Ya males, lebih enak sendirian, kalau punya pacar itu bikin pusing, loe sendiri gimana?”
“ Gua jujur aja sih, pacaran terakhir waktu sma gitu, putus gara-gara jarak jauh..”
“ Ya, itu mah klasik banget, sekarang ada yang loe suka ga?” Tanya Angel ke gua.
Saat dia bertanya gitu, ingin rasanya gua bilang kalau gua lagi suka sama dia. Tapi gua cukup tau diri, banyak perbedaan antara kita. Jadi gua hanya terdiam sambil berkata.
“ Gak ada, nanti kalau ada, gua kasih tau ya..”
“ Ditunggu ya, Bima, setelah lurus, rencananya mau kerja apa?”
“ Maunya sih jadi presenter Tv atau wartawan. Gua suka meliput dan membuat berita, kali-kali aja bisa hehehe.”
“ Harusnya sih bisa, kenapa gak?”
“ Doakan saja lah..”
“ Gua muslim..”
“ Oh ya.. baru kali ini gua punya teman seorang muslim,”
“ Oh ya, kalau loe sendiri ?”
“ Gua Kristen.. “
Gua senang, Angel tidak terkejut ketika gua sebut agama gua. Dia merasa nyaman, karena selama di Amrik sana, dia ngerasain banget bagaimana kejadian runtuhnya gedung wtc yang bikin semua umat muslim merasa bimbang karena selalu dituduh buruk. Angel bahkan sadar betul kalau gua seorang pribumi sejak awal kita berkenalan tapi sepertinya dia tidak pernah membedakan gua. Suatu hari, Angel ingin merayakan ulang tahunnya yang ke 21. Dia menyuruh gua datang ke pesta yang diadakan di rumah dia.
Gua sebenarnya bingung mencari hadiah yang tepat untuk dia, sebab dia orang kaya yang sudah bisa dapatkan apapun dia yang mau. Akhirnya gua putuskan memberikan dia sebuah diary yang unik, sebagai kado untuk dia. Saat gua datang, dia nyambut gua dengan gembiranya. Gua hanya tersenyum, tapi rasanya ada yang aneh melihat gua hanya setitik hitam diantara warna putih di ruangan itu. Angel kenalin gua ke orang tuanya.
“ Ma, Pa.. ini Bima teman saya, kenalin ya..”
Bonyoknya hanya tersenyum kecil ketika melihat gua, mereka baik dan menyambut gua dengan penuh hangat. Saat gua pulang, Angel bahkan mengantarkan hingga motor gua. Gua senang ketika malam hari sebelum tidur dia sempat sms gua bilang kalau dia senang dengan kado diary yang gua kasih, sebab sejak pulang dari Amrik dia uda ga pernah nulis lagi, maka mulai hari ini dia akan menulis. 3 hari kemudian, Angel bilang akan pergi liburan sama keluarganya ke Singapura. Gua pun kebetulan akan sidang skripsi gua dalam beberapa waktu lagi. Untungnya skripsi gua dinyatakan lulus, gua senang dan berpikir untuk mengundang Angel makan malam sebagai bentuk syukur gua.
Saat makan malam, Angel memberikan gua sebuah hadiah yang telah ia beli dari singapura, sebuah kalung yang bertulisan nama gua Bima.
“ Makasih ya, kata gua?”
“ Bima, mungkin dalam waktu sebulan lagi, gua akan balik ke Amerika..”
Kalimat dari dia yang bikin gua merasa kehilangan dan sedih. Tapi gua mencoba untuk tegar.
“ Sebelum gua pergi, bolehkah gua bertanya sama loe?” Tanya Angel.
“ Silakan Angel..”
“ Apakah pernah ada cinta diantara kita?”
Gua terdiam, bingung menjawabnya. Tapi gua merasa ini saatnya gua ungkapkan semua isi hati gua ke dia.
“ Angel, sejujurnya gua memang suka sama loe, loe satu-satunya cewek yang bikin gua jatuh cinta. Tapi gua merasa, gua sepertinya berharap terlalu besar?”
“ Kenapa?” Tanya Angel bingung.
“ Karena gua seorang yang miskin, gua pribumi dan bukan lah cowok idaman Angel.” Kata gua pasrah.
Angel terdiam beberapa saat lalu menjawab.
“ loe salah, loe adalah cowok idaman gua!”
“ Hah..” kata gua terkejut dan bingung,
Entah apa Angel sedang bercanda atau membuat gua GR, tapi rasanya ini seperti mimpi.
“ Sejak awal, gua ga pernah lihat perbedaan diantara kita, mengenal loe membuat gua lebih mencintai dunia ini lebih jauh, jauh sebelum dimana gua berpikir hidup gua sia-sia.”
“ Terima kasih ya, kata-kata loe membuat gua senang hehehe, jadi GR neh.”
Angel berkata hidupnya hanya dikelilingi oleh orang-orang yang merasa semua bisa dilakukan dengan uang, tapi dia merasa saat bersama gua, dia bisa merasa uang bukan segalanya, dia merasa bagaimana dia mengerti kehidupan itu diatur dengan semangat dan kejujuran. Sejak saat itu, kita jadian. Kita selalu berdua walaupun Cuma sebulan lamanya, banyak hal yang kita lakukan, tapi sayangnya suatu hari saat kita lagi berdua, seorang sanak saudara Angel melaporkan ke orang tuanya tentang hubungan kita. Gua pun sebenarnya tau, Angel merahasiakan hubungan gua sama dia ke bonyoknya.
Bonyoknya marah besar, dan berkata ke Angel.
“ Kamu boleh pacaran sama siapa saja temen-temen kamu yang kamu kenal, tapi jangan sama cowok item itu, itu ga ada dalam adat keluarga kita”
Tapi Angel bersih keras bilang kalau dia mencintai gua dan memperjuangan hubungan kita. Gua sama sekali ga tau masalah dia dengan keluarga, hingga suatu hari gua berpikir ada yang lucu dengan Angel. Dia sempat bilang kalau dia akan balik ke Amerika dalam dua hari kedepan. Gua pikir malam terakhir sebelum dia pergi, gua pengen ngajak makan malam. tapi dia uda ngajak duluan untuk malam malam. kita ada ditempat paling romantis di pantai mutiara. Angel terduduk dengan cantiknya, api lilin menerangi wajahnya diantara kegelapan malam.
“ Kalau gua ke Amerika nanti, gua mau loe ga usah nunggu gua ya?”
“ Hah, kenapa gitu?” Tanya gua sedih.
“ Ya, jangan nunggu gua ya, gua ga tau kapan balik. Nanti kamu sedih nunggunya.”
“ Lah jaman kan uda maju, bisa pake facebook, atau chating segala macem, kan bisa tetap berhubungan Ngel”
Angel terdiam. Dia menyerahkan buku diary yang gua kasih ke dia.
“ Kok dibalikin?” Tanya gua.
“ Ini gua tulis semua sejak loe kasih ke gua sebagai kado, tapi rasanya ga mungkin gua bawa ke Amerika, karena lebih baik loe simpan, untuk kenang-kenangan.”
“ Tapi ini kan gua kasih untuk loe..”
Angel tidak bicara, dia memaksa gua untuk ambil lagi buku diary yang terpaksa gua ambil. Gua tau, dia ingin putusin gua secara halus dengan cara seperti ini, salah gua sejak awal maksa menjadi pacar dia yang pasti akan pergi dalam hidup gua suatu saat. Malam itu, walaupun dengan suasana ga enak hati, kita akhirnya melewatkan malam terakhir dalam hidup kita bersama. Gua masih ingat satu kalimat terakhir dari dia untuk gua.
“ Bima, dunia ini tidak pernah adil ya, ada yang terakhir kaya dan bahagia, tapi ia merasa kesepian. Ada yang terakhir miskin dan sedih, tapi dia ga merasa kesepian. Ada gak cara untuk membuat semua merasa adil dan sempurna.”
“ Angel, ga ada yang abadi di dunia ini, semua bisa merasa sedih, senang, kapan saja. Bersyukurlah atas hidup ini, seperti gua bersyukur bisa mengenal loe dan menjadi bagian dalam hidup loe.”
Angel menangis mendengar gua bicara begitu, sama seperti dia pertama kali menangis saat gua mengenal dia di halte busway. Malam itu kita berpisah dan gua tau ini malam terakhir kita, dia mencium gua untuk pertama kalinya sejak kita berhubungan, gua menahan kesedihan dalam hati dan berpikir
inilah saat terakhir kita. Saat pulang gua membaca semua isi diary dia, dari situlah gua tau kenapa angel kembali ke Indonesia. Dia kembali karena baru saja kehilangan kekasihnya dalam sebuah kecelakaan di amerika, gua jadi tau kenapa dia benci macet. Karena macet itu lah yang membuat pacarnya tertabrak saat berjalan karena mobil yang mencoba cari jalan untuk keluar dari macet.Kekasihnya yang telah tiada, lucunya lagi memiliki nama yang sama dengan gua, Bima, sebuah kebetulan yang unik. Angel menyukai malam karena dia selalu ingin tidur di siang hari agar bisa melupakan saat-saat bersama kekasihnya dalam benak dia, lucunya lagi kalau malam dia merasa lebih tenang karena saat itulah dia merasa bisa hidup tanpa pernah melihat kejadian tragis tewasnya suami dia karena siang hari. dari situ gua tau, mungkin gua hanya sebuah kebetulan dalam takdir dia. Kebetulan dimana gua bernama sama, kebetulan karena gua hadir dalam hidup dia saat dia kosong.
Mungkin dia ga pernah cinta gua karena kita berbeda dalam segala hal, 3 tahun lamanya kisah itu berakhir dan kini gua sudah menggapai mimpi gua menjadi seorang presenter di sebuah tayangan telivisi, tapi bayangan Angel terus selalu ada dalam hidup gua. Suatu siang, gua harus membawa berita acara tentang kilas luar negeri. Gua harus membacakan berita tentang sesuatu yang tak gua inginkan dan baru menyadari di akhir berita kalau berita itu adalah tentang Angel.
“ Seorang warga negara Indonesia yang berada di Amerika, ditemukan tewas karena menyelamatkan seorang anak dari topan Katrina, tubuhnya terhantam sebuah tembok beton yang runtuh. “
Gua terdiam ketika wajah foto perempuan penyalamat hidup itu muncul, sosok foto itu ga asing untuk gua. Dia adalah Angel. Gua ingin menangis ketika melihat isi berita itu, tim produsen terdiam melihat gua kebingungan, akhirnya gua selesaikan tugas membaca berita itu dan menangis di akhir acara,
Angel, nama dia sebenarnya bukanlah Angel. Tapi dia merasa dirinya lebih suka disebut Angel, karena sebenarnya hidupnya telah hilang sejak kepergian kekasihnya, kini semoga saja mereka dipertemukan kembali, dan kepergiannya seperti seorang pahlawan yang tidak pernah dinilai dengan uang. Seperti kata dia ke gua, uang bukan segalanya dalam hidup.
Dan gua beruntung mengenalnya walaupun sadar, dia tidak pernah sesungguhnya menjadikan gua kekasih dia, tapi bagi gua dia adalah kekasih gua yang abadi.
tamat
pengarang: Agnes Donovar
sumber: kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar