Selasa, 22 Mei 2012

JANGAN ASAL NGEMIL BUAH

Saat sedang merasa lapar, terkadang orang ingin mengunyah cemilan, seperti keripik, cokelat, hingga kue, yang sangat memanjakan lidah. Agar tetap sehat, banyak orang mengganti cemilan-cemilan tersebut dengan buah-buahan segar.

Buah-buahan memang kaya akan vitamin dan mineral yang menunjang diet sehat Anda. Sayangnya, masih banyak orang menganggap semua buah pasti menyehatkan padahal ada beberapa buah yang sebaiknya tidak dipilih sebagai cemilan. Timesofindia (14/5) menyebutkan beberapa buah yang sebaiknya Anda hindari untuk dijadikan cemilan sehat.

Melon dan semangka
Kedua buah ini memiliki kandungan air yang cukup banyak sehingga baik untuk mengatasi dehidrasi. Sayangnya, kandungan gula dalam keduanya cukup tinggi (Indeks glikemik mencapai 65-100 persen), sehingga sangat tidak disarankan bagi mereka yang memiliki diabetes atau memiliki riwayat keluarga penderita diabetes untuk mengonsumsi buah ini.

Nanas
Buah yang cukup unik ini memang kaya akan vitamin dan mineral. Selain itu, buah nanas juga rendah lemak sehingga baik untuk menurunkan kolesterol. Namun, buah nanas yang masak mengandung kadar gula yang cukup tinggi. Penderita diabetes sebaiknya tidak mengonsumsi nanas secara berlebihan. Selain itu, buah ini juga mengandung bromelain, sebuah enzim yang dapat mengurangi peradangan dan pembengkakan.

Mangga dan pepaya
Buah ini tentu saja menjadi favorit Anda. Meskipun rasanya tidak semanis nanas, buah mangga dan pepaya akan aman jika dikonsumsi sesekali saja. Untuk menggantikan keduanya, Anda bisa mencoba pisang. Walaupun pisang juga memiliki kandungan gula yang cukup tinggi (GI mencapai 55), namun pisang merupakan sumber energi yang baik.

BAHAYA MEMAKAI SENDAL JEPIT

Memakai sendal jepit memang dipilih sebagian orang karena kepraktisannya. Sayangnya, para ahli menyimpulkan bahwa memakai sendal jepit dalam jangka panjang amat berisiko bagi kesehatan.

Sendal jepit dianggap berbahaya karena jari kaki tidak bisa terangkat dengan rileks, dan ini mengarah pada perubahan tekanan lebih besar pada pergelangan kaki dan tekanan vertikal yang lebih kecil di tumit.

Kerusakan pada kaki yang mengenakan sendal jepit lebih serius daripada sepatu hak tinggi. Para ahli memperingatkan bahwa sendal jepit dapat mengubah cara berjalan seseorang, sehingga ketika mengambil langkah, mereka memberikan tekanan pada bagian luar kakinya daripada tumitnya. Pada akhirnya menyebabkan kerusakan jangka panjang.

Sendal jepit kurang memberikan dukungan pada telapak kaki, sehingga dapat menyebabkan rasa sakit dan lengkungan tendon. Selain itu, ada juga risiko cidera serius dari tersandung.

Tak hanya itu, sebuah hasil tes juga menunjukkan bahwa sendal jepit merupakan sarang kuman. Sendal yang dipakai selama empat hari berturut-turut akan menjadi menjadi rumah bagi bakteri mematikan, seperti staphylococcus aureus, yang bersembunyi di karet sendal.

Jika Anda memiliki luka di sekitar kaki, maka bakteri bisa memasuki aliran darah. Bila tak segera ditangani, maka bisa menyebabkan kematian.

"Bakteri staphylococcus aureus dapat membuat sakit Anda cukup berat jika bakteri tersebut masuk kedalam luka dan ke dalam aliran darah Anda, dimana bakteri bisa menyerang organ internal Anda yang manapun. Jika Anda tidak mengobatinya dengan antibiotik, nyawa Anda akan terancam," papar ata Dennis Kinney, Ph.D., manajer laboratorium mikrobiologi di EMSL Analytical.

MAKAN SAYUR TIAP HARI CEGAH LEMAK DI PERUT

Sebuah penelitian terbaru menyebutkan, makan sayur setiap hari bisa menjadi kunci pencegahan tumbuhnya lemak perut.

Penelitian yang dilakukan di Amerika ini menunjukkan bahwa setiap 10 gram serat larut yang dikonsumsi setiap hari membuat pertumbuhan lemak perut akan terhambat 3,7 persen dari waktu ke waktu.

Lemak perut atau lemak visceral mengelilingi organ internal dalam perut dan telah dikaitkan sebagai sumber berbagai penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung dan tekanan darah tinggi.

Para peneliti pun berusaha mempelajari mengapa beberapa orang mempunyai lebih banyak lemak visceral dan menemukan serat sebagai salah satu kunci mengatasinya.

Penelitian ini menggunakan data yang dikumpulkan dari 1.100 pria dan wanita Hispanik dan Afrika Amerika selama lima tahun, kemudian mereka diukur dari berbagai faktor seperti makanan serta tingkat olahraga dan merokok.

Hasilnya, peserta penelitian yang makan lebih banyak serat mempunyai tubuh yang lebih sehat dan perut yang lebih kecil.

Beberapa faktor diet pun tampaknya memiliki efek pada tempat dimana lemak terakumulasi. Seperti peserta yang doyan makan makanan manis misalnya, cenderung dikaitkan dengan lemak perut yang lebih banyak.

Meskipun penelitian ini membawa sedikit harapan, namun masih beberapa ahli menyatakan penelitian lanjutan perlu dilakukan, karena belum jelas terlihat apakah konsumsi serat akan membantu mengurangi akumulasi lemak perut, tidak hanya mencegahnya.

"Makanan kaya serat memang membantu orang merasa kenyang lebih lama dan menawarkan kalori lebih sedikit, tetapi apakah diet serat ini benar-benar membantu orang menurunkan lemak visceralnya adalah topik yang penting untuk penelitian di masa depan," jelas salah satu peneliti yang juga asisten profesor penyakit dalam di Wake Forest University Baptist Medical Center, New York, Dr Kristen Hairston.