Pada sebuah desa yang aman dan damai, ada seorang pembuat boneka yang sangat terkenal. Dengan sentuhan tangannxa, boneka-boneka yang dibuat seolah-olah hidup. Sebab, ia selalu membuat boneka dengan hati dan perasaannya. Tak heran, setiap boneka yang dibuatnya, selalu saja jadi rebutan untuk dibeli orang.Seiring dengan berjalannya waktu. Sang pembuat boneka pun mulai menua. Ia merasa inilah saatnya membuat karya terakhir sebelum ajal menjemput. Untuk itu, ia pun segera bersiap-siap membuat boneka terakhir yang bisa dibuatnya.Bahan-bahan terbaik pun dikumpulkannya. Kali ini, ia bertekad membuat bomeka perempuan tercantik yang tak ada bandingannya. Maka, setiap hari, setiap waktu, sang pembuat boneka pun hanya berkutat untuk terus memperbaiki karyanya.Rambut bonekanya dibuat berwarna hitam seperti putri cantik dari kerajaan. Matanya dibuat berwarna gelap dengan sorot tajam menyenangkan siapa saja yang memandang. Alisnya dibuat lentik sehingga setiap yang melirik akan dibuat terpesona. Tangan dan jerami dibentuk seindah mungkin karena pembuat boneka berharap boneka itu bisa menemani dan merangkul siapa saja yang beruntung memilikinya. Tubuhnya pun dibuat dengan lekukan tubuh perempuan cantik sehingga bisa jadi kebanggaan saja.Sekian lama membuat boneka yang akan jadi karya terakhir, si pembuat boneka pun akhirnya puas. Ia merasa, sudah membuat boneka sempurna yang akan jadi peninggalan terbaik karyanya. Ditimangnya boneka itu dengan penuh sayang seperti anaknya sendiri.Setelah puas menimbang, si pembuat boneka membawa boneka iv kedepan cermin untuk melihat kesempurnaannya. Iapun berkata,”Hai, Boneka cantik. Lihatlah dirimu. Engkau pasti akan jadi boneka yang bisa membawa senyum dan tawa bahagia karena keelokanmu,” ucapnya. Namun, tiba-tiba boneka itu seolah-olah berkata, “Ah, aku tidak cantik! Lihatlah rambutku hitam. Padahal aku ingin punya rambut pirang nan menawan. Mataku gelap. Padahal aku ingin punya mata hijau seperti indahnya pepohonan. Aku juga tak suka bentuk tubuhku yang terlalu kurus. Aku ingin tubuhku lebih berisi sehingga bisa menawan hati!”.Si pembuat boneka pun jadi sedih mendengar keluhan ciptaannya. Maka, ia pun mencampakkan begitu saja karya yang tadi sangat dipujanya. Sehingga, boneka itu pun teronggok begitu saja dan lama-kelamaan dilupakan oleh pembuatnya.
Boneka yang tadinya ingin dijadikan karya terbaik, kini telah jadi benda yang tak berarti apa-apa.Teman-teman, mari kita tingkatkan rasa syukur dengan memaksimalkan potensi dan apa saja yang ada pada diri saat ini. Jangan iri saat orang punya sesuatu yang lebih. Tapi, irilah jika kita tak mampu memaksimalkan waktu memperbaiki diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar