Sabtu, 25 Desember 2010

PAYUNG ITU TELAH HILANG

Biasanya sepulang sekolah Andy seorang diri berjalan kaki ke tempat lesnya, sebelum masuk ke ruang les, lebih dahulu membeli minuman di mini market dekat sana. Minggu lalu, selama beberapa hari selalu turun hujan. Hujan sebentar turun sebentar reda. Hari ...itu seperti biasanya Andy mampir dulu ke mini market untuk membeli minuman. Setelah membeli minuman, keluar mini market ternyata hujan telah reda, Andy tidak ingin membawa payungnya dalam keadaan basah ketempat les. Oleh karena itu dia meninggalkan payung di tempat yang sudah tersedia depan mini market. Nanti seusai les, setelah ibunya datang menjemput, ia baru akan mengambil payung itu. Usai les, ibunya datang menjemput tepat pada waktunya. Andy berkata pada ibunya, “Ibu, bisakah mampir sebentar di mini market untuk ambil payung, tadi saya tinggalkan di sana.” “Benarkah? Payung itu kan bermerek dan mahal harganya, kalau hilang bagaimana? Ibu sungguh salut padamu bisa meninggalkan payung itu di sana,” kata ibunya dengan sedikit kesal. Setibanya di sana, Andy turun dari mobil sedang ibunya menunggu di mobil. Tak lama kemudian tampak Andy menggerakkan tangan memberi isyarat kepada ibunya bahwa payungnya telah hilang. “Heran, payungnya hilang, mana mungkin bisa hilang. Mana mungkin hilang?” kata Andy dengan penuh keheranan. Ibunya juga menunjukkan keadaan yang tidak bisa berbuat apa-apa, terhadap anak kecil yang begitu polos, tidak tahu apakah harus dipersalahkan atau tidak. Sebuah payung yang begitu ringan dan praktis . . . . Jika ada orang ingin mengambilnya tentu dengan sangat mudahnya bisa dibawa pergi. Sungguh tidak tahu apakah anak kecil yang begitu polos harus disalahkan atau tidak. Tetapi Ibunya tidak tahan untuk mengucapkan beberapa kata kepada Andy, ”Sudah pasti diambil orang, itu adalah payung yang bermerek, jika seseorang ingin mengambilnya tentu dengan sangat mudah dibawanya pergi.” Saat itu Andy mengucapkan kata-kata yang membuat ibunya merasa senang sekaligus merasa malu. Andy berkata, ”Si Biru pasti tidak akan sedih diambil orang.” Andy terbiasa menggunakan warna untuk memberi nama payung. Ibunya dengan heran bertanya, “Bagaimana kamu bisa tahu kalau si Biru tidak sedih? Sekarang dia telah meninggalkan kita, kamu tadi telah melemparkannya di mini market, dia pasti mengira kamu sudah tidak menginginkannya lagi.” Andy menjawab, “Tidak akan begitu, sekarang si Biru pasti gembira. Karena baru saja turun hujan lebat, orang yang membawanya pergi pasti tidak membawa payung barulah membawa si Biru pergi.” “Si Biru pasti tahu dia telah menolong orang yang tidak membawa payung itu, membuat orang itu tidak sampai terguyur basah oleh hujan. Membantu orang seharusnya bergembira, makanya si Biru tidak mungkin bersedih.” Pikiran anak begitu lurus dan murni. Kehilangan sebuah payung, perasaan hatinya sangatlah positif. Sebaliknya di dalam benak kita terbersit pertanyaan, mengapa orang itu mengambil barang yang bukan miliknya. Apakah dia tidak tahu kalau itu bukan milik sendiri tidak boleh diambil sesuka hati, walaupun hanya sebuah payung. Tetapi anaknya bisa berpikir bahwa payung itu sedang memberi pertolongan kepada orang yang tidak membawa payung, untuk menghindarkan orang tersebut basah kehujanan. Di saat menghadapi suatu masalah yang sama, anak kecil dan orang dewasa seringkali punya pandangan yang berbeda juga perasaan hati yang berbeda. Dalam masalah ini, nampak pikiran anak kecil yang begitu tulus dan polos. Ia tidak menggunakan pandangan nilai untuk menimbang hasil dari sebuah peristiwa, sedang orang dewasa sering kali mudah menggunakan “untung rugi” untuk melihat proses dan hasilnya dalam suatu peristiwa. Saya mengira segala sesuatu kejadian jika kita menggunakan sudut pandang yang positif untuk berpikir, akibat yang dihasilkan pastilah berbeda, hasil yang didapatkan pasti juga diluar dugaan orang. Saya pikir ini adalah apa yang disebut dengan Pikiran Lurus! ---:< MERRY CHRISTMAS & HAPPY NEW YEAR '2011 >:--- 

from: CHINESE INDONESIA 印尼华人

Tidak ada komentar:

Posting Komentar